Rabu, 10 Januari 2018

Rangka Ironi

Kasat sangat,

Kini ku dapat
Sungguh dinikmati sangat
Walau ini berat
Karena sungguh lekat

Langkahku mampu seimbang
Tanpa di perdaya orang
Dengan otak berkarang
Yang duduk manis melarang - larang

Bukan untuk sejarah
Bahwa kau pernah menyerah
Bagiku itu hanya gerah
Bercucuran darah

Sungkan ku berlari
Mengejar kau yang sedang menari
Bersama manusia berduri
Ku sangka kau mati suri?

Sedikit ku bersembunyi
Dipojokan dekat ruang sunyi
Diam -diam itu berbunyi
Suara aku sedang bernyanyi

Aku dikomposkan
Kau terus menekan
Kau terus gunakan ikan
Untuk aku yang kelaparan

Aku berpesan,
Jadilah seperti pangeran
Agar kau bisa seimbang

Membela tak sembarang!

Pro ( Di TRAGISKAN )


Berada pada kontradiksi
Yang terhantam keras ilusi
Dan kolaborasi frekuensi
Dalam lamanya durasi
Membutuhkan inspirasi

Kamu memang sisi
Dimana aku terdegradasi
Dengan saksi
Yang fiksi
Lama - lama visi
Menjadi basi

Kamu adakan seleksi
Banyak sekali kursi
Aku tereliminasi

Sebenarnya aku berambisi
Kamu banyak berimajinasi
Aku bervariasi misi
Tetapi mentah disisi
Karena sudutmu sudah terisi
Penuh dengan sesi

Tetap saja itu ilusi

Permisi

Abdi tak mengabdi

Bungkam

Dasar kau penjilat materi kami

Kami bungkam, kau bercerita perjuangan
Anda kira kami sepaham?
Anda kira kami tak tahu soal itu?
Anda kira kami bodoh sejarah?
Anda kira kami citra buruk negeri?

Kami tak sepaham dengan anda
Kami lebih tahu, sampai saat darah mereka bercucuran pun kami tahu
Kami tidak bodoh
Anda citra buruk negeri!

Kami sederhana
Kami susah payah bekerja
Kami susah payah belajar
Kami menjadi budakmu?

Anda bebas
Anda santai santap pagi, pagi, siang, siang, siang, sore, sore, malam, malam, dan tidur
Anda belajar titip sana sini
Anda menjadi pimpinan kami?

Pantas?
Jangan salahkan masyarakat minim pendidikan!
Semua dalam satu galeri uang

Siapa yang merusak?
Kami?
Kami tertawa
Anda bingung saja lah

Sadarkah anda?
Belum?
Sadarlah secepatnya
.
.

Jakarta, 06 Agustus 2017