Semua seperti sinema yang indah
Namun indah itu tak akan pernah datang
Bersama dengan lelah yang pergi
Kita mulai belajar
Bahwa,
Hidup tidak seharusnya biru
Hidup tidak seharusnya merah
Hidup tidak seharusnya hijau
Hidup seharusnya tidak patah
Kita manusia dengan fase hidup rumit
Ya, kamu. Aku tidak begitu
Pilihan sulit yang kamu hadapi mengorbankan fase biru
Karena pilihan itu akan jadi peluru bunuh diri
Tapi kamu tidak mau bunuh diri
Kamu memilih untuk mencari pembunuh
Namun, aku yang kamu bunuh
Saat ini sudah menjadi fase merah
Dimana saat pembunuh jatuh cinta
Pertanyaan ku, bagaimana kamu tahu dan mau?
Pembunuh yang tidak hanya satu
Sembunyi didalam keranda kotor
Pembunuh yang akan membunuh pembunuh lain
Keji, namun ku bilang lebih yakin itu
menjijikan.
Kamu dengan pembunuh ada pada fase hijau
Hijau berarti tak butuh pertolongan
Karena yang aku tahu, hijau itu bisa semuanya
Menurutku fase ini yang paling meyakinkan bahwa,
Merah itu sangat menjijikan
Hidup nya ditelan hijau, bahkan rahim nya pun berkata
Tak apa – apa, karena realistis
Tapi aku benci realistis, karena jika seperti itu mengapa
kamu gunakan hati
Patah ini bukan hanya soal hati,
Melainkan juga doa
Doa ku patah, bahkan hancur
Semua menunggu hancur saja
Patah nya sudah kamu miliki
Maaf aku hanya menunggu hancur
Jika pembunuh itu menghilangkan yang lain
Patah nya hanya menunggu hancur
Aku sudah berubah, namun dari pertama,
Aku bukan pembunuh!!
Yang akhirnya dari semua fase,
Kamu memilih pembunuh
Hancur nya adalah terbunuh atau membunuh yang lainnya lagi.
Mungkin aku untuk ke dua kali nya.
Tapi jika kembali nya kamu
Ku tak bisa,
Aku sudah mati~
Selatan Jakarta, 20 June 2025