Dirimu
Setiap minggu membayang
Tatapmu, kedipan manjamu, bibirmu, dan rambutmu
Yang amat lihai
Tak luput juga keringat itupun ikut menjadi saksi
Yang saat itu sedang vakansi kurasa.
Mungkin kuacak, tapi kamulah nilai tertinggi
Yang kujadikan piala
Dan puan sebagai juri
Sukma kalbu
Puan, nobatkan dia kepadaku
Gelora ini sudah terhakimi olehnya
Agar kubisa sampaikan hasrat
Tak lupa juga puan sesuaikan dibidangku
Muncul
Putri malu, aku mohon dengar puan
Agar bayang nyata itu bukanlah hanya sebuah kebetulan.
Hilang .
.
.
Jakarta, 1 Agustus 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar