Jumat, 11 Juli 2025

Sadrah

Kini setelah cahaya yang datang

Kehadiran cahaya timur 

Aku tak percaya

Datangnya cahaya itu malam


 Semua sudah terlalu terang untuk diriku

Jadi hidupnya kembali, cahaya sebuah teka - teki

Hancurkan khayalan

Walaupun bukan semua, karena

Cahaya timur punya pilihan 


Ya, akan kemana

Selatan atau Barat

Namun bisa jadi tetap di Timur

Sampai waktu nihil yang tak akan pernah bisa di cerna

Namun bintang datang untuk meminta cahaya itu agar lebih terang


Bintang ini selalu redup

Entah memang ia butuh cahaya atau berdamai dengan kegelapan saja

Semuanya tidak akan pernah tahu

Resiko bintang sangat besar untuk jatuh dan hancur

Tapi anehnya bintang tidak perduli itu


Karena,

Bintang pernah jatuh dan hancur

Bintang dileburkan dari semesta

Namun cahaya sulit menentukan

Apa yang akah dipertahankan

Membaginya ke Barat atau Selatan yang sementara


Atau, menyatukan dengan bintang agar terus terang abadi

Bintang saat ini sudah Sadrah


Terima kasih cahaya, semoga terus indah~



Bogor, 12 July 2025 

Kamis, 19 Juni 2025

SINEMA

Semua seperti sinema yang indah

Namun indah itu tak akan pernah datang

Bersama dengan lelah yang pergi

Kita mulai belajar

 

Bahwa,

Hidup tidak seharusnya biru

Hidup tidak seharusnya merah

Hidup tidak seharusnya hijau

Hidup seharusnya tidak patah

 

Kita manusia dengan fase hidup rumit

Ya, kamu. Aku tidak begitu

Pilihan sulit yang kamu hadapi mengorbankan fase biru

Karena pilihan itu akan jadi peluru bunuh diri

Tapi kamu tidak mau bunuh diri

Kamu memilih untuk mencari pembunuh

Namun, aku yang kamu bunuh

 

Saat ini sudah menjadi fase merah

Dimana saat pembunuh jatuh cinta

Pertanyaan ku, bagaimana kamu tahu dan mau?

Pembunuh yang tidak hanya satu

Sembunyi didalam keranda kotor

Pembunuh yang akan membunuh pembunuh lain

Keji, namun ku bilang lebih yakin itu menjijikan.

 

Kamu dengan pembunuh ada pada fase hijau

Hijau berarti tak butuh pertolongan

Karena yang aku tahu, hijau itu bisa semuanya

Menurutku fase ini yang paling meyakinkan bahwa,

Merah itu sangat menjijikan

Hidup nya ditelan hijau, bahkan rahim nya pun berkata

Tak apa – apa, karena realistis

Tapi aku benci realistis, karena jika seperti itu mengapa kamu gunakan hati

 

Patah ini bukan hanya soal hati,

Melainkan juga doa

Doa ku patah, bahkan hancur

Semua menunggu hancur saja

Patah nya sudah kamu miliki

Maaf aku hanya menunggu hancur

 

Jika pembunuh itu menghilangkan yang lain

Patah nya hanya menunggu hancur

Aku sudah berubah, namun dari pertama,

Aku bukan pembunuh!!

 

Yang akhirnya dari semua fase,

Kamu memilih pembunuh

Hancur nya adalah terbunuh atau membunuh yang lainnya lagi.

Mungkin aku untuk ke dua kali nya.


Tapi jika kembali nya kamu

Ku tak bisa,

Aku sudah mati~


Selatan Jakarta, 20 June 2025

Selasa, 03 Juni 2025

Kepergian

Setidaknya sudah pergi

Entah bagaimana kabarmu hari ini

Sekarang semoga baik - baik saja

Mungkin esok tak tahu

Aku tahu kita sama - sama tidak tahu


Ya,

Kita sama - sama bingung untuk memperbaiki

Walaupun yang kita ucapkan adalah perpisahan

Namun itu tidak aku mau

Begitu juga kamu.


Namun,

Semua itu hanya imajinasi ku

Karena, 

Sekarang aku mendapat cahaya dari semua itu

Bagaimana?

Cahaya itu sudah lama hadir

Tetapi selalu gugur oleh kegelapan

Ratusan kali cahaya itu hadir, namun ku percaya dengan gelap

Mengapa?

Aku terlalu percaya dengan gelap

Karena gelap selalu hadir dengan mu


Sekarang, kamu hadir dengan pemilik cahaya itu

Sama sekali aku tak percaya itu,

Mungkin terdengar cukup membingungkan

Akan tetapi memang sekarang aku tidak percaya dengan cahaya.


Karena cahaya itu yang menghancurkan ku.

Dan mungkin juga kamu.


Aku tidak perduli.

Namun aku mencoba untuk perduli untuk diriku sendiri.

Kamu jangan.



Jakarta Selatan, 04 June 2025

Senin, 19 Mei 2025

Kepercayaan

Mungkin saat ini yang aku lakukan hanyalah mencoba untuk disakiti dengan cara yang berbeda saja,

Tidak untuk cinta seutuhnya

Karena cinta seutuhnya tidak akan sama

Pasti berbeda cerita 

Luas tetapi dekat


Cara ini aku tahu salah

Namun keindahan bisa saja lahir dari cara yang salah

Aku pun tahu akan sementara

Tapi ini lah jalan yang aku pilih,

Mati untuk kedua kalinya~


Jakarta Selatan, 19 May 2025

Minggu, 22 September 2024

Pulang

Bukan tak pamit

Siang itu kau sudah mengusirku

Tapi lucu nya kau masing - masing

Hidup sendiri - sendiri

Jadi jangan merasa kau sudah merangkai

Karena nyata nya kau pun juga yang meruntuhkan

Bukan hanya meruntuhkan,

Tapi menghancurkan


Malam itu kehancuranku telah disusun kembali oleh jingga

Dan kau pun kecewa saat mendengarnya

Saat itu mungkin lucu, namun seharusnya tidak begitu

Karena runtuhan itu penuh pecahan tajam

Sanggupnya jingga menyusun pencahan penuh darah

Dengan resiko pecahan tersebut bisa melukai nya

Tapi itu terus dilakukan oleh jingga dengan tangan penuh darah


Saat ini jingga sudah menyusun 30, dan terus berusaha untuk 100

Aku pun tak bisa beri semangat, karena aku hanya percaya

Ya, percaya susunan tersebut jadi 100


Namun,

Aku masih ragu apakah 100 itu akan diruntuhkan kembali oleh jingga


Tapi aku mohon, jika ingin runtuh

Bicaralah dahulu kepada penciptamu

Agar darah itu tidak sebanyak dan sesakit kemarin.

Sore


Sudah lama pagi menunggu sore

Kadang - kadang sore datang menemui pagi

Namun sore tidak bisa terlalu lama karena ada malam

Pagi pun kesulitan karena ada siang


Mungkin pagi harus diam

Karena sore akan tiba jika si pagi diam

Tapi, itu hanya mungkin.

Hanya saja pagi ingin terus mengejar


Dan sampai akhirnya pagi kehilangan sore

Karena sore takut akan pagi

Dan siang terus menghalangi.

Senin, 12 Agustus 2024

Sampah

 Sore yang entah bagaimana


Disaat semua orang mengharapkan sore

Aku tidak sama sekali

Karena sore ku tak aku harapkan lagi

Mungkin ini terlalu sadis


Sore itu,

Aku sudah menjadi seseorang yang bisa mengendalikan sore

Tetapi keangkuhanku membuatnya melebur

Semua hancur

Remuk 

Redam

Hingga menjadi warna hitam


Hitam

Kau pun tak ku harapkan juga

Saat kau datang dengan tiba - tiba

Sampai aku bertanya - tanya

Dengan siapa kau datang


Entah, hitam pun tak menjawab


Sampai akhirnya,

Aku membuat harapan, bahwa kau datang bersama nya

Ya, emas


Namun,

Semua harapan emas ternyata hanya sampah


Sampai sini aku paham

Bahwa seharusnya harapan ini milik tempat sampah

Ia yang setiap detik menunggu sampah


Ku harap sore bisa mendengar

Supaya ia tahu, siapa yang lebih menunggu sampah


Karena,

Pagi tidak butuh sampah



Dikecewakan dengan sampah~

Jakarta, 12 Agustus 2024







Selasa, 01 November 2022

LEVEL

 Hidup itu tak selalu apa yang kita inginkan,


Maka, jika Tuhan memberikan nikmat yang lebih, cukup bersyukur dalam hati saja,

Karena bila kita ceritakan, hal tersebut akan menjadi titik level kita seterusnya, 


Kembali ke awal,

Hidup itu tak selalu apa yang kita inginkan.


Akhirnya,

Bila manusia tertentu tidak siap dengan hal tersebut,

Hidup kita akan dipaksa oleh level, dan terus menerus berimbas ke orang sekitar kita.


Kurasa hidup perlu berbicara dalam hati, supaya tidak terus-menerus memikirkan respon orang lain kepada kita.


Bila mampu, lanjutkan..


Level =

1. Kasta

2. Ego

3. Gengsi


Seni itu bebas. 


Tetapi bila anda memilih 1, 2, atau 3, yang tidak sesuai dengan apa yang ada dalam hati anda, selamat anda membuat masalah baru dalam hidup anda.

7

 Firasat malam ini,


Sungguh ku tak tau,

Gelisah 

Selalu ingin berkata ANJING ANJING ANJING


Esok tak tahu..

~

Rabu, 07 September 2022

Paksaan

 Terbanglah,

Sampai kalian tahu, sampai mana sayapmu sanggup menopang,

Karena burung pun tak akan sanggup terbang dengan sayapnya sendiri ke luar angkasa,

Dan bila itu mungkin terjadi, sepertinya akan banyak sekali kotoran yang mengotori satelit.


Jakarta, 8 September 2022

Selasa, 17 Maret 2020

Fase Manusia

Kewajaran Tahun 2003.

Fase 1
Lelah ketika itu lahir 
Nama itu pemberian ibundanya 
Saat itu lelah masih batita
Mungkin hal demikian
Anak itu semakin terbang
Buruk demi baik, ia terus berambisi

Fase 2
Lelah ditinggal pergi ayahnya
Lelah sama sekali tidak mengetahuinya
Karena, genting saat itu lelah Tak paham
Lelah lalu menatap ibundanya yang saat itu sedang kesusahan meluapkan amarahnya
Lelah sangat kebingungan saat itu

Fase 3
Lelah lupa akan Masa fase 2 
Lelah asik bersama teman sebaya
Lelah seperti lupa jalan pulang
Lelah saat itu anarkis Dan rasis
Lelah belum tahu akan namanya kritis

Fase 4 
Lelah sering malas
Lelah menyampingkan kewajibannya
Lelah acuh akan nasihat gurunya
Lelah menjadi idealis

Fase 5
Lelah berpikir akan hematnya hidup
Lelah mulai menyisihkan waktu kosong
Lelah sering berkhayal Dan mencari penjelasan
Lelah rajin sekali saat itu
Lelah sangat ingin melihat ibundanya kagum
Lelah lebih jarang berpikir senang
Lelah lebih sering memecahkan masalah
Lelah saat itu mempunyai tema hidup

Fase 6
Lelah mulai kelelahan
Lelah dilelahkan oleh candu
Lelah terus berambisi bahwa candu bisa ia miliki
Lelah sedikit khilaf
Dan akhirnya candu itu hilang
Lelah sangat menyesal

Fase 7
Lelah terus berharap
Lelah terus memikirkan candu

Hingga akhirnya lelah sangat melelahkan silelah.

Minggu, 15 Juli 2018

Selamat Malam Mawar

Di depanku kau seperti mawar tak bertangkai
Hanya keindahan tanpa penyangga
Lihainya kamu mencari perhatian
Yang tak aku ketahui untuk siapa

Seperti lukisan abstrak
Dan aku sebagai pengagum seni ibumu
Melihat dan sangat kebingungan

Tak semudah menuang air kedalam gelas
Hal demikian pun bisa ku praktikan walau hanya dengan mata tertutup

Tapi ini..
Cenderung menjadi teka - teki
Seperti mencari bukti magnet bumi
Yang penuh materi dan teori tanpa bukti
Dan hanya dengan melihat tetesan tinta 
Semua orang bisa berimajinasi

Tetapi kau sulit kumengerti
Hingga tiba disaat kau salah melangkah
Disitu aku mengetahui banyak tentangmu

Menjadi tangkai tanpa kelopak mawar
Yang membawa akar penuh kebohongan

Drama

Ini lama
Terlalu seperti cinema
Yang pandai membuat tema 
Berirama
Terkesima
Terkesan sama
Tetapi mengundang hama

Ini dilema 
Lagi - lagi terlalu lama

Rindu Palsu

Rindu

Sore ini...

Detak jam dinding sungguh meragukan
Begitu cemas dan rindu

Serasa berada didasar lubang ditengah hutan
Gunung berseru memanggil namamu

Dan ku melamun tanpa lamunan
Tak perlu kau tanyakan
Aku tak akan pernah tahu alasan

Karena sungguh bukan luka
Tetapi hanya sebuah kolase dan meronce kata

Mengerti atau tidak
ku tak pernah perduli
Tetapi untukku cukup berwarna

Kalau saja kau hanya memberi abu - abu 

Tak apa 
karena jelas ini cukup indah untuk ku berikan padamu



Permisi bila rinduku mengganggu

Kamis, 12 Juli 2018

Ini Menakutkan

Ku beranjak kemana.

Aku tak mengerti apa ini
Berputar dengan irama apa ini
Berdiri dengan tongkat apa ini
Keresahan seperti apa ini

Aku tak mengerti
Diam mungkin berhenti
Melangkah mungkin jadi belati
Bertahan mungkin aku mati

Simpan teori yang kamu buat
Saat merindu yang begitu berat
Aku disamping khayalan-mu ke arah barat
Hampir saja tulang ini berkarat

Akibat darimu yang telat memberi sebungkus hati
Mungkin beberapa kali aku patah hati
Aku yang kurang berhati – hati
Sudah jelas ini BELATI

Dengan fenomena dan kenyataan HARAPAN

Sudah jelas ini BELATI

Rabu, 11 Juli 2018

Aku menjadi abu


Kala abu – abu

Ini kurang menjanjikan
Malah menjijikan
Aku harapkan
Menjadi cerita diakhir pekan

Apa boleh buat
Akhir pekan itupun berbuat
Aku semakin tidak kuat
Kalian begitu diperkuat

Kita semakin melemah
Bila salah satu itu ramah
Kamu begitu ramah
Aku tak mau dengan ramah

Sungguh kamu membuat semua
Aku tidak satupun
Satupun yang aku ingat
Tetapi begitu banyak bila ku catat

Rabu, 10 Januari 2018

Rangka Ironi

Kasat sangat,

Kini ku dapat
Sungguh dinikmati sangat
Walau ini berat
Karena sungguh lekat

Langkahku mampu seimbang
Tanpa di perdaya orang
Dengan otak berkarang
Yang duduk manis melarang - larang

Bukan untuk sejarah
Bahwa kau pernah menyerah
Bagiku itu hanya gerah
Bercucuran darah

Sungkan ku berlari
Mengejar kau yang sedang menari
Bersama manusia berduri
Ku sangka kau mati suri?

Sedikit ku bersembunyi
Dipojokan dekat ruang sunyi
Diam -diam itu berbunyi
Suara aku sedang bernyanyi

Aku dikomposkan
Kau terus menekan
Kau terus gunakan ikan
Untuk aku yang kelaparan

Aku berpesan,
Jadilah seperti pangeran
Agar kau bisa seimbang

Membela tak sembarang!

Pro ( Di TRAGISKAN )


Berada pada kontradiksi
Yang terhantam keras ilusi
Dan kolaborasi frekuensi
Dalam lamanya durasi
Membutuhkan inspirasi

Kamu memang sisi
Dimana aku terdegradasi
Dengan saksi
Yang fiksi
Lama - lama visi
Menjadi basi

Kamu adakan seleksi
Banyak sekali kursi
Aku tereliminasi

Sebenarnya aku berambisi
Kamu banyak berimajinasi
Aku bervariasi misi
Tetapi mentah disisi
Karena sudutmu sudah terisi
Penuh dengan sesi

Tetap saja itu ilusi

Permisi

Abdi tak mengabdi

Bungkam

Dasar kau penjilat materi kami

Kami bungkam, kau bercerita perjuangan
Anda kira kami sepaham?
Anda kira kami tak tahu soal itu?
Anda kira kami bodoh sejarah?
Anda kira kami citra buruk negeri?

Kami tak sepaham dengan anda
Kami lebih tahu, sampai saat darah mereka bercucuran pun kami tahu
Kami tidak bodoh
Anda citra buruk negeri!

Kami sederhana
Kami susah payah bekerja
Kami susah payah belajar
Kami menjadi budakmu?

Anda bebas
Anda santai santap pagi, pagi, siang, siang, siang, sore, sore, malam, malam, dan tidur
Anda belajar titip sana sini
Anda menjadi pimpinan kami?

Pantas?
Jangan salahkan masyarakat minim pendidikan!
Semua dalam satu galeri uang

Siapa yang merusak?
Kami?
Kami tertawa
Anda bingung saja lah

Sadarkah anda?
Belum?
Sadarlah secepatnya
.
.

Jakarta, 06 Agustus 2017

Minggu, 06 Agustus 2017

Sajak Keliru

Gelap memang gelap
Sebuah lampu kuning redup menemani malamku
Sembari merenungkan akan dambaan

Tengok samping kiri dan kanan cukup hampa
Coba membalik badan
Tak terlihat
Terhalang oleh debu

Kembali ke awal
Pelajaran macam apa ini
Yang kurasa tak berujung
Revolusi tiap hari
Awas jatuh menukik